Senin, 21 Maret 2011

FOOD AND WATER BORNE DISEASES

FOOD AND WATER BORNE DISEASES

Penyakit yang penularannya disebabkan oleh masuknya zat-zat patogen ke dalam  makanan dan minuman, atau dikenal dengan:
  • Water borne disease, seperti: cholera, tifus, hepatitis, dll
  • Food borne disease, seperti: salmonellosis, disentri, dll

DEMAM TIFOID

PENDAHULUAN
Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih, Lalat juga bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan. Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).
Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun. Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid. Sembilan puluh persen kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi.

EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang yang higiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisis lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka insidensi di Amerika Serikat tahun 1990 adalah 300-500 kasus per tahun dan terus menurun. Prevalensi di Amerika Latin sekitar 150/100.000 penduduk setiap tahunnya, sedangkan prevalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per tahun. Meskipun demam tifoid menyerang semua umur, namun golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun.

ETIOLOGI
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri Gram Negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagela, dan tidak membentuk spora. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu :
·           Antigen O (somatik)
·           Antigen H (flagela), dan
·           Antigen K (selaput)
Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57°C selama beberapa menit. Manifestasi klinis demam tifoid tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh. Suatu percobaan pada manusia dewasa menunjukkan bahwa 107 mikroba dapat menyebabkan 50% sukarelawan menderita sakit, meskipun 1000 mikroba juga dapat menyebabkan penyakit. Masa inkubasinya adalah 10-20 hari.

PENULARAN
Penularan penyakit adalah melalui air dan makanan. Bakteri Salmonella typhi dapat bertahan lama dalam makanan. Penggunaan air minum secara massal yang tercemar bakteri sering menyebabkan terjadinya KLB. Vektor berupa serangga juga berperan dalam penularan penyakit.

GEJALA DAN TANDA
Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung. Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40°C selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa. Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma. Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya.

TATALAKSANA PENGOBATAN
Tirah baring selama demam sampai dengan 2 minggu, hingga dapat normal kembali. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloramfenikol 100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis selama 14 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Kloramfenikol tidak bisa diberikan bila jumlah leukosit < 2000 ul. Bila pasien alergi, dapat diberikan golongan penisilin atau kotrimoksazol. Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.

KOMPLIKASI
·           Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi dapat terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati/bila pengobatannya terlambat,
·           Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus, sekitar 2% mengalami perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga,
·           Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis),
·           Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan pneumonia),
·           Infeksi kandung kemih dan hati,
·           Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin,
·           Pada sekitar 10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal kembali timbul dalam waktu 2 minggu setelah demam mereda.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN SUMBER INFEKSI
Pengendalian adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat mengelola, mengatur serta mengawasi, agar tifoid tidak bermasalah lagi bagi masyarakat. Seluruh tenaga kesehatan baik dalam bidang kuratif, preventif atau kegiatan lain yang terkait, sebenarnya adalah pengendali tifoid. Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit maka dapat dilakukan pengendalian dengan menerapkan dasar-dasar hygiene dan kesehatan masyarakat yaitu melakukan deteksi dan isolasi terhadap sumber infeksi, dengan turut memperhatikan untuk faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah dan proses chlorinasi air minum, perlindungan terhadap suplai makanan dan minuman, peningkatan ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat (sebagai agent reservoir).
Memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (terutama pemeriksaan tinja) secara berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran. Selain itu yang sangat penting adalah sterilisasi pakaian, bahan dan alat-alat yang digunakan pasien dengan memberikan antiseptik, dianjurkan bagi setiap pengunjung untuk mencuci tangan dengan sabun dan memberikan desinfektan pada saat mencuci pakaian.
Deteksi carrier dilakukan dengan cara test darah dan diikuti dengan pemeriksaan tinja dan urine yang dilakukan berulang-ulang. Pasien yang carrier positif diperlukan pengawasan yang lebih ketat yaitu dengan memberikan informasi tentang hygiene perorangan dan cara meningkatkan standar hygiene agar tidak berbahaya bagi orang lain.
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%, namun vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong). Alternatif cara lain yang dapat dilakukan adalah menghindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan dan memilih makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.

REFERENSI
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta.
Rasmilah. 2001. Thypus. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: USU. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3745/1/fkm-rasmaliah5.pdf. Diakses pada 20 Maret 2011.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (KEPMENKES RI) NOMOR 364/MENKES/SK/V/2006 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20364%20ttg%20Pedoman%20Pengendalian%20Demam%20Tifoid.pdf. Diakses pada 20 Maret 2011.

Nama : Redhita Rizky Shantania P.
NIM : E2A009033
Reg. : 1/2009
FKM UNDIP

1 komentar:

  1. Zapper can help for preventing Tuberculosis
    Tuberculosis is a disease, and is popular by the name TB. The main cause of the disease is the mycobacterium.
    When a person is infected by this disease, it normally first affects the lungs but may also attack other parts of the body. The main symptom of the disease is bloody cough, physical weakness, sweats in night time, chronic fever, weight decrease day by day.
    Usually this disease spread through the air, when Tuberculosis affected person coughs in an open place that moment the TB germs can rapidly spread to the another person. This disease can also be transmitted through the air by a sneeze.
    TB first affects the lungs, later, when it reaches the chronic stage, it can affect the central nervous system. Some potential treatment can prevent the disease.
    BCG vaccine is common vaccine for preventing tuberculosis. But the vaccine can protect only children which age is under 16 years.
    Always eat nutritious food and wear a mask whenever exposure is possible. For keeping our physical condition fresh water is very important.
    There is an electronic device that has been known to kill many microbes in water based environments and the use of this device is often referred to as zapping.
    While this zapping can show physical evidence for water purification, it may also have benefit for killing microbes in the human body. Additional studies are needed. ParaZapper™ CC2 (link to http://huldaclarkparazapper.com) can eliminate bacteria from water with 1 hours usage.
    For additional information see: http://paradevices.com

    BalasHapus