Rabu, 15 Desember 2010

KEJADIAN LUAR BIASA


KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)/WABAH

Definisi dari Outbreak (KLB) dan Wabah
Outbreak (KLB) adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup (misalnya sekolah, tempat kerja, atau pesantren) pada suatu periode waktu tertentu. (Gerstman. 1998) Hakikatnya outbreak sama dengan epidemi (wabah). Hanya saja pada outbreak biasanya digunakan untuk suatu keadaan epidemik yang terjadi pada populasi dan area geografis yang relatif terbatas. Area terbatas yang merupakan tempat terjadinya outbreak disebut fokus epidemik. (Last. 2001)
Sedangkan definisi wabah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989 adalah penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Definisi wabah menurut Undang‑undang RI No. 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Definisi lain tentang wabah menurut Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 2004 adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit. (Depkes. 2004)

Kriteria Suatu Kejadian Penyakit Dikatakan Sebagai KLB/Wabah
  1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di suatu daerah tertentu.
  2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya.
  3. Adanya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
  4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 x bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan pada tahun sebelumnya.
  5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 x dibandingkan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
  6. CFR suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkkan kenaikan 50% atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
  7. Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan 2 x dibandingkan periode yang sama dan dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.
  8. Beberapa penyakit khusus, misalnya : Kholera, DHF/DSS :
a.       Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
b.      Terdapat satu/lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya  daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit tersebut.
  1. Beberapa penyakit yang dialami oleh satu atau lebih penderita, akibat adanya :
a.       Keracunan makanan.
Biasanya berupa gejala gangguan pencernaan (gastrointestinal), sesudah memakan makanan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa makanan sebagai sumber penularan penyakit.
b.      Keracunan pestisida.
Hal ini menunjukkan bahwa pestisida memiliki faktor resiko terbesar sebagai penyebab terjadinya penyakit (gangguan sistem faal tubuh). (Bres P. 1986)

Pengertian dari Herd Immunity
Kekebalan kelompok atau yang dikenal dengan istilah Herd Immunity adalah daya tahan suatu kelompok atau kelompok masyarakat terhadap masuknya dan menyebarnya agen infeksi karena sebagian besar anggota kelompok tersebut memiliki daya tahan terhadap infeksi. Kekebalan kelompok diakibatkan dari menurunnya peluang penularan bibit penyakit dari penderita yang terinfeksi kepada orang sehat yang rentan bila sebagian besar anggota kelompok tersebut kebal terhadap penyakit itu. (Hornby AS. 2003)
Upaya yang dapat Dilakukan agar Fenomena KLB/Wabah dapat Dicegah
Prinsip intervensi untuk menghentikan outbreak sebagai berikut :
(1) Mengeliminasi sumber patogen;
(2) Memblokade proses transmisi;
(3) Mengeliminasi kerentanan. (Greenberg et al., 2005)

Sedang eliminasi sumber patogen mencakup:
(1) Eliminasi atau inaktivasi patogen;
(2) Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction);
(3) Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi (karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya);
(4) Perubahan perilaku penjamu dan atau sumber (higiene perorangan, memasak daging dengan benar, dan sebagainya);
(5) Pengobatan kasus. (Aragon et al., 2007)

Blokade proses transmisi mencakup:
(1) Penggunaan peralatan pelindung perseorangan/APD (seperti : masker, kacamata, jas laboratorium, sarung tangan, respirator);
(2) Disinfeksi/sinar ultraviolet;
(3) Pertukaran udara/dilusi;
(4) Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara;
(5) Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida nyamuk Anopheles sp, pengasapan nyamuk Aedes aegypti, penggunaan kelambu berinsektisida, larvasida, dan sebagainya). (Gordis, L. 2000)

Eliminasi kerentanan penjamu (host susceptibility) mencakup:
(1) Vaksinasi dan pengobatan (profilaksis, presumtif);
(2) Isolasi orang-orang atau komunitas yang tidak terpapar (“reverse isolation”);
(3) Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).
(Giesecke J. 2002)

Referensi
Gerstman, BB. 1998. Epidemiology kept simple: An introduction to classic and modern epidemiology. New York: Wiley-Liss, Inc.
Last, JM. 2001. A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989.
Undang‑undang RI No. 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular.
DepKes. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1479/MenKes/SK/X/2003, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu. Jakarta: DepKes RI.
Bres P. 1986. Public health action in emergencies caused by epidemics: a practical guide. Geneva: World Health Organization.
Hornby AS. 2003. Oxford advanced Learner’s Dictionary of current English. New York: Oxford University Press.
Greenberg RS, Daniels SR, Flanders WD, Eley JW, Boring JR. 2005. Medical epidemiology. New York: Lange Medical Books/ McGraw-Hill.
Aragón T, Enanoria W, Reingold A. 2007. Conducting an outbreak investigation in 7 steps (or less). Center for Infectious Disease Preparedness, UC Berkeley School of Public Health. http://www.idready.org. Diakses pada 15 Desember 2010.
Gordis, L. 2000. Epidemiology. Philadelphia, PA: WB Saunders Co.
Giesecke J. 2002. Modern infectious disease epidemiology. London: Arnold.



FKM UNDIP



UNDIP

Sabtu, 13 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) TERHADAP KASUS PENYAKIT MALARIA, TB PARU, CAMPAK, KEMATIAN IBU, DAN LAHIR LATI/KEMATIAN BAYI

Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyakit Malaria

Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) Malaria :
Daerah/desa endemis malaria tinggi. Desa tersebut menunjukkan angka positif malaria > 5 ‰ penduduk bayinya positif terkena malaria, dan merupakan daerah potensi KLB atau pernah terjadi KLB 2 (dua) tahun terakhir. Hal ini digambarkan dengan terjadinya perubahan lingkungan sehingga memungkinkan adanya tempat perindukan bagi nyamuk Anopheles sp. penyebab malaria, selain itu ditambah dengan bercampurnya penduduk dari daerah non endemis menuju ke daerah endemis malaria tinggi.

Tindak Lanjut Hasil PE :
a.Berdasarkan kasus tersebut, diketahui angka API (Annual Parasite Incidence) untuk prevalensi malaria menunjukkan nilai yang tinggi, yaitu > 5 ‰ penduduk bayinya positif terkena malaria, adanya potensi KLB, serta penambahan penduduk dari daerah non endemis dapat meningkatkan faktor risiko terhadap penyebaran penyakit yang meluas sampai kepada daerah non endemis, maka dapat melakukan cara pemberantasan, seperti :
Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai insektisida dan pestisida, seperti : penyemprotan rumah dengan efek residual (IRS = Indoor Residual Spraying)
Membunuh jentik (tindakan anti larva) baik secara kimiawi (larvacida) maupun biologi (ikan, tumbuhan, jamur, bakteri)
Mengurangi tempat perindukan (source reduction)
Mengobati penderita malaria dengan mengetahui tahapan masing-masing stadium gejala klinis penyakit malaria
Pemberian pengobatan pencegahan (profilaksis) dan vaksinasi (masih dalam tahap riset dan clinical trial)
b.Penetapan status penggolongan penyakit malaria yang terjadi pada daerah tersebut. Apakah termasuk ke dalam golongan dari Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang menyebabkan malaria berat, Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana, Plasmodium malariae penyebab malaria quartana, ataupun Plasmodium ovale, dimana spesies ini banyak dijumpai di Afrika dan Pasifik Barat.


Cara-cara Pencegahan Malaria
1.Menghindari/mengurangi gigitan nyamuk
-Tidur pakai kelambu
-Malam hari berada di dalam rumah
-Mengobati badan dengan obat anti nyamuk
-Memakai obat nyamuk bakar atau elektrik
-Pasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
2.Membersihkan tempat-tempat istirahat nyamuk den memberantas sarang nyamuk
-Membersihkan rumput dan semak-semak di tepi saluran air
-Melipat kain (baju) yang bergelantungan
-Mengusahakan keadaan didalam rumah tidak ada tempat yang gelap dan lembab
-Mengalirkan air yang menggenang
-Menimbun dengan tanah/pasir semua genangan di sekitar rumah
-Menjauhkan kandang ternak dari pemukiman penduduk
3.Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan racun serangga seperti obat nyamuk bakar, semprot, elektrik dan indoor residual sparying (IRS) serta fogging.
4.Membunuh jentik-jentik nyamuk dengan menyebarkan ikan pemakan jentik. Seperti : Ikan kepala timah dan Ikan mujair.1

Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyakit TB Paru

Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) TB Paru :
Di suatu daerah terdapat beberapa penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES/1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.

Tindak Lanjut Hasil PE :
a.Berdasarkan analisis kasus tersebut, dapat diketahui bahwa kasus yang terjadi berupa kasus kambuh (relaps) dimana pada hasil pemeriksaan dahak menunjukkan BTA positif yang berarti penderita tersebut mempunyai penyakit TB Paru post primer. Untuk mengetahui tingkat stadium penyakit TB Paru tersebut dapat melakukan/menegakkan diagnosis klinis melalui upaya :
-Pemeriksaan Jasmani
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
-Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, feses dan jaringan biopsi. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis dan biakan.
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis langsung yang merupakan metode diagnosis standar. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi BTA yang memegang peranan utama dalam diagnosis TB Paru. Selain tidak memerlukan biaya mahal, cepat, mudah dilakukan, akurat, pemeriksaan mikroskopis merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai karena mengindikasikan derajat penularan, risiko kematian serta prioritas pengobatan.
b. Pemeriksaan biakan kuman
Melakukan pemeriksaan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan dapat mendeteksi mikobakterium tuberkulosis dan juga Mycobacterium Other Than Tuberculosis (MOTT).
-Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
lateral, top lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
-Pemeriksaan BACTEC
Merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang digunakan adalah metode radiometrik. M. Tuberkulosis metabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan.
-Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,termasuk DNA M. Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara benar dan sesuai dengan standar internasional.
Pada tuberkulosis pasca primer, penyebaran kuman terjadi secara bronkogen, sehingga penggunaan sampel darah untuk uji PCR tidak disarankan. Sebaliknya bila sampel yang diperiksa merupakan dahak dari penderita yang dicurigai menderita tuberkulosis paru, masih ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan PCR sebagai sarana diagnosis tuberkulosis paru.

Cara-cara Pencegahan TB Paru
Pencegahan Primer
a. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara:
-Makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
-Usahakan setiap hari tidur cukup dan teratur
-Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mempunyai udara segar.
-Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG
b. Kebersihan Lingkungan
-Lengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup
-Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosa dini
-Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi,
Pencegahan Sekunder
a. Case finding
-X-foto toraks yang dikerjakan secara massal
-Uji tuberkulin secara Mountoux
-Bagi imigran yang datang dari negara-negara dengan prevalensi TB Paru yang tinggi dilakukan skrining dengan foto toraks, tes PPD, pemeriksaan BTA dan kultur, bekerjasama dengan WHO.
b. Perawatan khusus penderita dan mengobati penderita.
Penderita tuberkulosis yang baru didiagnosa, diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) mempunyai efek sterilisasi sekaligus mempunyai efek yang dapat mencegah pertumbuhan kuman resisten seperti isoniazid (H), rifampisis (R) dan pirazinamid (Z).
Pencegahan Tertier
a.Membuat stategi menyembuhkan penderita TB Paru yaitu dengan cara pemberian paduan obat efektif dengan konsep Directly Observed Treatment Short-course (DOTS).
b.Penderita dengan initial drug resitance yang tinggi terhadap INH diberi obat etambutol karena jarang initial resitance terhadap INH. Streptomisin dapat dipakai pada populasi tertentu untuk meningkatkan complance pengobatan.3,5
c.Memberi pengobatan secara teratur dan supervisi yang ketat dalam jangka waktu 9-12 bulan pada acquired resistance (penderita kambuh setelah pengobatan).2

Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyakit Campak

Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) Campak :

Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan Subdit Surveilans dan Daerah pada tahun 1998-1999, kasus-kasus campak terjadi karena anak belum mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40–100 persen dan mayoritas adalah balita (>70 persen). Frekuensi KLB campak pada tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi se-Indonesia ke Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada periode 1998–1999: dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian.

Tindak Lanjut Hasil PE :
a.Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke Subdit Surveilans, diperkirakan KLB campak sesungguhnya terjadi jauh lebih banyak. Artinya, masih banyak KLB campak yang tidak terlaporkan dari daerah dengan berbagai kendala. Walaupun frekuensi KLB campak yang dilaporkan itu mengalami peningkatan, tapi jumlah kasusnya cenderung menurun dengan rata-rata kasus setiap KLB selama 1994–1999, yaitu sekitar 15–55 kasus pada setiap kejadian. Berarti besarnya jumlah kasus setiap episode KLB campak selama periode itu, rata-rata tidak lebih dari 15 kasus. Untuk dapat menekan jumlah kasus yang terjadi tersebut, maka dapat melakukan :
-Membuat gambaran klinis melalui penegakan diagnosis dini
-Menentukan apakah terjadi komplikasi dengan penyakit lain
-Mengetahui tingkatan prognosis dari stadium perkembangan penyakit campak yang disesuaikan dengan keadaan fisiologis dan psikologis masing-masing individu penderita.

Cara-cara Pencegahan Campak
a.Pencegahan
-Imunisasi aktif.
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10 – 15 bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas.
Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur. Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif.
-Imunisasi pasif.
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak dibangsal rumah sakit anak.
-Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.3

Penyelidikan Epidemiologi (PE) Kematian Ibu

Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) Kematian Ibu :

Estimasi AKI menggunakan pendekatan PMDF (proportion of maternal deaths of female reproductive age) tahun 1995 di lima provinsi menunjukkan bahwa Jawa Tengah mempunyai AKI yang lebih rendah, yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan adalah Papua sebesar 1.025, Maluku sebesar 796, Jawa Barat sebesar 686, dan NTT sebesar 554 per 100.000 kelahiran hidup.

Tindak Lanjut Hasil PE :
a.Dengan membandingkan jumlah AKI di antara lima propinsi tersebut, dapat ditemukan data daerah propinsi Papua memiliki jumlah AKI sebesar 1.025, hal tersebut dapat diindikasikan bahwa jumlah pelayanan kesehatan pada daerah tersebut sangat rendah, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari faktor lingkungan internal maupun eksternal. Sehingga dapat dilakukan tindakan antara lain :
-Meningkatkan kebutuhan akses pelayanan kesehatan
-Melakukan desentralisasi bidang kesehatan
-Meningkatkan jumlah provider kesehatan di daerah-daerah
-Memajukan koordinasi dan pendanaan pembangunan kesehatan
-Merevitalisasi sarana dan prasarana bidang kesehatan
b.Sedangkan untuk daerah propinsi Jawa Tengah yang mempunyai AKI lebih rendah dari propinsi yang lain, yaitu sebesar 248, menunjukkan bahwa tingkat pelayanan kesehatan sudah memenuhi standart optimal walaupun nantinya masih dapat ditekan laju AKI menjadi lebih rendah dengan berbagai pengupayaan di bidang kesehatan, seperti halnya : upaya peningkatan tindakan preventif dan promotif untuk menurunkan jumlah AKI pada daerah tersebut.

Cara-cara Pencegahan Kematian Ibu
-Meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi
-Meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi
-Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
-Menanggulangi KEK
-Pendidikan, penggunaan kontrasepsi, dan persalinan yang aman.
-Menanggulangi anemia dengan pemberian zat gizi besi pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan, dan nifas.
-Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
-Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai
-Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
-Penanganan komplikasi keguguran.4

Penyelidikan Epidemiologi (PE) Lahir Mati/Kematian Bayi

Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) Lahir Mati/Kematian Bayi:

Pada 1960, Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia adalah 128 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini turun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1989, 57 pada 1992 dan 46 pada 1995. Pada dekade 1990-an, rata-rata penurunan lima persen per tahun, sedikit lebih tinggi daripada dekade 1980-an sebesar empat persen per tahun. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadinya penurunan hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 1998–2002. Rata-rata penurunan AKB pada dekade 1990-an adalah tujuh persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya, yaitu empat persen per tahun. Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup.

Tindak Lanjut Hasil PE :
a.Berdasarkan hasil data tersebut dapat dinyatakan bahwa AKB dari periode dekade 1990-an mengalami penurunan yang signifikan hampir tujuh persen per tahunnya, sehingga pada tahun tahun 2000 dapat mencapai target AKB sebesar 65 sesuai dengan target WSC. Namun hal tersebut perlu dilakukan pengkajian ulang mengingat jumlah AKB pada masing-masing daerah di Indonesia masih menunjukkan nilai yang tinggi. Sehingga dapat dilakukan upaya antara lain :
-Melakukan pelaporan terhadap setiap kasus AKB yang muncul sehingga dapat ditentukan jumlah AKB secara lebih terperinci dan terkontrol pada setiap daerah
-Menentukan penyebab AKB yang berhubungan degan status kesehatan sehingga dapat ditentukan upaya kesehatan neonatal dan perinatal melalui tindakan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif
-Menentukan pola penyebaran (distribusi) dan frekuensi prevalensi dari AKB pada tiap daerah sehingga dapat diperhitungkan pembagian pelayanan kesehatan di antara daerah yang endemis dan non endemis berisiko terhadap peningkatan jumlah AKB.

Cara-cara Pencegahan Lahir Mati/Kematian Bayi
-Meningkatkan perilaku masyarakat dan keluarga dalam menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat.
-Pemberian perlindungan dan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita tanpa membedakan setiap lapisan golongan masyarakat
-Meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat melalui penyediaan air bersih, meningkatkan kepedulian terhadap kelangsungan dan perkembangan dini anak
-Pemberantasan penyakit menular dan meningkatkan cakupan imunisasi
-Meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk pelayanan kontrasepsi bagi ibu
-Menanggulangi gizi buruk, Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia, serta promosi pemberian ASI ekslusif dan pemantauan pertumbuhan. pelayanan kesehatan dasar
-Rujukan gratis bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi untuk keluarga miskin/tidak mampu
-Pemberian bantuan pembangunan sarana dan prasarana bidang kesehatan sehingga dapat meningkatkan akses pelayanan kesehatan.5

REFERENSI
1. Lazuardi Ansori. Bahaya Malaria dan Pencegahannya. http://kesehatan.kompasiana.com/group/medis/2010/06/15/bahaya-malaria-dan pencegahannya/. Diakses pada 7 November 2010
2. Depkes, R.I. 2004. TB Paru di Indonesia. http://www.penyakitmenular.info. Diakses pada 7 November 2010.
3. Depkes, R.I. 2004. Campak di Indonesia. http://www.penyakitmenular.info. Diakses pada 7 November 2010.
4. Departemen Kesehatan RI. 2001. Rencana Strategis Nasional ”Making Pregnancy Safer” di Indonesia 2001–2010. Jakarta.
5. UNICEF. 2000. The State of the World’s Children 2000. New York.

FKM UNDIP



UNDIP

Kamis, 14 Oktober 2010

Peranan Epidemiologi dalam Masalah Kesehatan di Masyarakat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
       Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainya, dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif.
       Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit dan determinannya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970). Distribusi penyakit dapat didistribusikan menurut orang (usia, jenis kelamin, ras), tempat (Penyebaran Geografis), dan waktu. Sedangkan pengkajian determinan,penyakit mencakup penjelasan pola distribusi penyakittersebut menurut factor-faktor penyebabnya. WHO pada Regional Committee Meeting ke-42 tahun 1989 di Bandung juga telah membuat definisi mengenai epidemiologi yaitu
Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat, dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan”.
Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemik (wabah).
Menurut sejarah perkembangan, Epidemiologi dibedakan atas :
a.      Epidemiologi Klasik : terutama mempelajari tentang penyakit menular wabah serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.
b.      Epidemiologi modern : merupakan sekumpulan konsep yang digunakan dalam studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan lainnya. Menurut bidang penerapannya, epidemiologi modern dibagi atas :
·         Epidemiologi Lapangan
·         Epidemiologi Komunitas
·         Epidemiologi Klinik
1.2    Rumusan Masalah
a.       Apakah pengertian dari Epidemiologi ?
b.      Bagaimana Ruang Lingkup Epidemiologi dalam kajian masalah kesehatan  masyarakat ?
c.       Apakah jenis-jenis dari studi epidemiologi ?
d.      Bagaimana peranan Epidemiologi dalam bidang Kesehatan Masyarakat ?
e.       Bagaimana peranan Epidemiologi dalam memecahkan masalah kesehatan di masyarakat?
1.3    Tujuan Penulisan
       Untuk melengkapi Tugas mata kuliah Dasar Epidemiologi
1.4    Manfaat Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian epidemiologi.
2.      Untuk mengetahui bagaimana Ruang Lingkup Epidemiologi dalam kajian masalah kesehatan masyarakat.
3.      Untuk mengetahui apa sajakah jenis-jenis dari studi epidemiologi.
4.      Untuk mengetahui bagaimana peranan-peranan Epidemiologi dalam bidang Kesehatan Masyarakat.
5.      Untuk mengetahui bagaimana peranan Epidemiologi dalam memecahkan masalah kesehatan di masyarakat.

BAB II
ISI

2.1  Pengertian Epidemiologi
       Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi = pada, Demos = penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.
       Pengertian epidemiologi tersebut mengandung 3 komponen penting antara lain, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan. 
2.2  Ruang Lingkup Epidemiologi dalam Kajian Masalah Kesehatan Masyarakat
       Ruang lingkup Epidemiologi mencangkup:
·         Penyakit menular Wabah
·         Penyakit menular bukan wabah
·         Penyakit tidak menular
·         Masalah kesehatan lainnya
program KB
program perbaikan lingkungan Pemukiman
program pengadaan & sarana pelayanan kesehatan, dll.
Penjabaran ruang lingkup epidemiologi terkait dengan kajian masalah kesehatan masyarakat, adalah :
a.   Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Epidemiologi tidak hanya sekadar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
b.   Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
c.  Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
2.3  Jenis- jenis Studi Epidemiologi
        Epidemiologi menekankan upaya untuk menerangkan bagaimana distribusi penyakit dan bagaimana berbagai faktor menjadi faktor penyebab penyakit tersebut. Untuk mengungkapkan dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan berbagai cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
a.  Epidemiologi Deskriptif :  mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit.
    Contohnya adalah mengenai vibrio papahaemolyticus, bakteri yang dapat diisolasi dari air laut yang merupakan salah satu penyebab utama keracunan makanan (food poisoning). Distribusi vibrio ini ternyata banyak ditemukan di daerah pesisir pantai khususnya di daerah-daerah terbuka dekat pelabuhan besar. Distribusi mereka tergantung pada temperatur air sehingga mereka banyak ditemukan pada musim panas, dan lebih kurang ditemukan pada musim dingin. Karena itu kejadian keracunan makanan lebih sering terjadi pada musim panas daripada musim lainnya.
b. Epidemiologi Analitik : mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi/penyebaran penyakit  tersebut (“determinan”nya).
     Contohnya setelah ditemukan secara deskriptif bahwa perokok yang menderita kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah memang rokok itu merupakan faktor determinan/penyebab terjadinya kanker paru.
2.4 Peranan Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat
      Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa:
a. Mempelajari riwayat status kesehatan atau jenis penyakit yang sering berjangkit pada sekelompok masyarakat dari waktu ke waktu, studi ini dipergunakan untuk keperluan proyeksi di masa mendatang.
b. Mendiagnosis status kesehatan dari masyarakat dengan cara mengukur frekuensi penyakit, yang meliputi angka kematian dan angka kesakitan yang terjadi di masyarakat.
c. Mempelajari mekanisme kerja suatu pelayanan kesehatan untuk keperluan evaluasi kebutuhan dan efektivitas pelayanan kesehatan yang ada.
d. Mengestimasi faktor resiko yang mungkin dapat menimbulkan suatu penyakit pada individu dalam masyarakat, seperti risiko akibat merokok dengan frekuensi penyakit kanker paru-paru.
e. Melengkapi gambaran klinik penyakit kronik pada masyarakat, agar dapat memberikan informasi secara jelas mengenai riwayat perjalanan penyakitnya (Natural History of Diseases).
f. Surveilans dan monitoring terhadap penyakit yang menular dan berbahaya untuk keperluan preventif agar tidak berjangkit luas di masyarakat.
g. Mengidentifikasi sindrom gejala-gejala penyakit yang belum jelas di masyarakat seperti sindrom defisiensi kekebalan yang terjadi oleh karena faktor risiko tertentu (AIDS).
2.5   Peranan Epidemiologi dalam Memecahkan Masalah Kesehatan di Masyarakat.
        Peranan epidemiologi dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat meliputi :
1.      Epidemiologi penyakit menular
      Bentuk ini yang telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi berbagai gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil gemilang dari epidemiologi.
2.      Epidemiologi penyakit tidak menular
      Pada saat ini sedang berkembang pesat mencari berbagai faktor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti, kanker, penyakit sistemik, serta berbagai penyakit menahun lainnya termasuk masalah meningkatnya masalah kecelakaan lalu lintas dan penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang terutama bidang industri.
3.      Epidemiologi klinik
     Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4.      Epidemiologi kependudukan
      Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi di masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat, tetapi juga sangat berperan dalam berbagi aspek kependudukan serta keluarga berencana.
5.      Epidemiologi  pengolahan pelayanan kesehatan
     Bentuk ini merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam mengatasi masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
6.      Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
     Bentuk ini  merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat fisik kimiawi, biologis, maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja.
7.      Epidemiologi kesehatan jiwa
     Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat baik mengenai  keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
8.      Epidemiologi gizi
      Dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a)   Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan frekuensi penyakit pada manusia, serta faktor risiko atau masalah kesehatan yang dapat menimbulkan terjadinya kesakitan pada sekelompok orang atau masyarakat.
b)   Epidemiologi memiliki beberapa ruang lingkup yang ada pada masyarakat.
c)   Epidemiologi terbagi dalam 2 jenis : Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.
d)   Ilmu yang mempelajari distribusi dan frekuansi penyakit yang menimpa masyarakat berdasarkan karakteristik orang, tempat, dan waktu yang disebut Epidemiologi Deskriptif, serta mempelajari hubungan antara masalah-masalah kesehatan dengan distribusi dan frekuensi penyakit yang menimpa masyarakat yang disebut sebagai Epidemiologi Analitik.
e)    Epidemiologi juga sangat berperan didalam kesehatan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
1. Epidemiologi Dasar.
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2010. 
2. Definisi Epidemiologi. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab1-definisi_epidemiologi.pdf.  Diakses pada tanggal 10 Oktober 2010. 
3. DR. Bustan, M.N, Arsunan, A. 1997.  Pengantar Epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 
4. Dr. Chandra , Budiman. 1996.  Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.  
5. Chandra, Budiman. 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC



FKM UNDIP UNDIP